DepresiSelf Improvement

Cara Mengatasi Depresi #2: Dikelilingi oleh Orang-orang Baik

Cara Mengatasi Depresi #2: Dikelilingi oleh Orang-orang Baik

Baca Episode Sebelumnya: Cara Mengatasi Depresi #1: Mengalahkan Rasa Minder

“Sendirian adalah waktu terbaik untuk merefleksikan diri, dan waktu terburuk untuk depresi”.

-Seorang teman yang sudah sembuh dari depresi

Saya tidak bisa menyangka angka dan statistik depresi di Indonesia ternyata cukup mengejutkan. Menurut Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa Indonesia (PDSKJI) Eka Viora , ada sekitar 3.9% penduduk Indonesia yang terkena depresi. Dengan kata lain, berarti ada sekitar 9 juta penduduk Indonesia. Tapi coba pikirkan

Berarti ada 3 – 4 dari 100 teman kamu yang terkena depresi

Jika kamu masih kuliah, berarti ada 3 teman angkatanmu yang sedang depresi (you may not know). Silakan cek teman-teman angkatanmu jika ada yang kelihatan seperti ini. Bisa jadi teman terdekatmu, atau bahkan orang yang kamu kira kuat tidak bisa depresi.

Namun jika kamu yang sedang depresi sekarang dan membuka blog ini untuk menyembuhkan depresi, saya akan jamin kalian tidak akan menyesal.

Karena saya disini untuk membantu kalian semua

But first, saya mau ngomong tentang bagaimana anak muda penderita depresi melihat depresi itu. Beberapa dari mereka ada yang depresi karena keadaan sekitar, keluarga, lingkaran pertemanan, tekanan sekolah. Tapi yang menjadi concern khusus saya adalah

Orang yang menganggap dengan menjadi depresi dia merasa mendapat “privilege” untuk berbuat sesuatu dengan alasan depresi. Kalian mungkin pernah merasakan atau diginian dengan teman anda. “Sori ya gw ga bisa begini-begini, gw lagi depresi, tau ga rasanya depresi?” and similar another stories. Ini menjadi trend di Amerika dan banyak menjadi meme. This is not good. Why?

Karena mereka merasa menjadi spesial dengan adanya alasan “depresi”

Dengan depresi, mereka merasa edgy dan unik. Dengan adanya alasan depresi, mereka jadi mempunyai alasan untuk gagal, tidak bersosial, atau melakukan tugas/tanggung jawab yang seharusnya mereka lakukan. Berdalih bahwa dengan melakukan suatu pekerjaan dan bersosial, hal-hal tersebut akan membuat mereka tambah depresi. “Gw ga bisa!” “Nanti bakal diketawain si anu gara-gara gua begini-begini”. Inilah juga mengapa banyak orang-orang depresi terutama dikalangan anak muda tidak mau berusaha untuk sembuh dari depresi.

Apakah saya menyalahkan mereka? Not so, because I have a solution. Tapi keberadaan mereka di dunia nyata tidak bisa dihiraukan. Mereka juga adalah salah satu korban depresi yang perlu disembuhkan. Semua orang berhak sembuh, namun cara penyembuhan orang-orang kadang berbeda-beda. Kalau kamu adalah orang yang seperti saya sebutkan diatas, jangan khawatir. We will discuss the solution it from here.

Kalau kalian baca episode sebelumnya tentang bagaimana cara mengatasi dengan depresi dengan langsung 1 vs 1 dengan rasa mindermu, pasti kalian akan bilang ini terlalu berat. I cannot blame you, saya juga jujur ini berat sekali. Banyak pekerjaan + ego yang dikorbankan untuk menembus rasa depresi dengan menggunakan cara ini.

Tapi gimana kalau, gimana kalau ada cara yang lebih ramah dan lebih gampang. Yang tidak perlu banyak kerja, dan tidak harus mengorbankan ego. Yang lambat tapi pasti efeknya. Dan kamu tetap bisa menjadi unik (or maybe edgy), tapi ga pake depresi. Yep kamu benar, caranya yaitu dengan berkumpul dengan orang-orang baik.

OK sekarang, kamu pasti sudah tahu kenapa berkumpul dengan orang-orang baik menjadi salah satu cara mengatasi depresi. Tapi untuk jaga-jaga yang belum tahu, saya jelaskan lagi.

Tahu ga kalau 5 orang terdekatmu, akan sangat mempengaruhi hidupmu seperti yang Jim Rohn (personal development expert) pernah ceritakan

You are the average of the people you spend the most time with, and that means everyone in your life counts.

– Jim Rohn

Kamu adalah 5 orang yang paling sering kamu berinteraksi / temui / bareng, yang berarti orang-orang yang disekitar kamu sangat menetukan hidup kamu. Ini bisa jadi keluarga kamu, teman kuliah, teman kantor, dll. Ada juga hasil riset kalau teman-teman kamu merokok, 61% kemungkinan besar kamu juga perokok.

“Jadi berarti saya harus cari teman baru atau ganti geng/grup gitu? Capek tahu!!”. I know this will come. Dan saya yakin kamu juga sudah tahu jawaban dari pertanyaan diatas.

Remember, this is digital world. Kebanyakan orang justru orang yang paling sering dia temui bukanlah temannya bahkan keluarganya, tapi orang yang dia follow di social media. Influencer, model, businessman, or whatever. Mereka adalah orang-orang yang mempengaruhi hidup mereka secara tidak langsung. Kadang mereka langsung terima dengan apa yang mereka katakan (high-level trust).

Berarti kita tinggal ganti following yah? Yup and I have a several recommendation the people to follow in twitter. Tapi kalau kamu pakai platform lain, yang perlu kamu follow adalah orang-orang yang memang mengatasi sumber masalah depresi (akademis/keuangan/pacaran). Pelajari post/tweet mereka, baca blog mereka, aplikasikan. Kira-kira butuh 1 tahun maka depresi kamu akan sembuh total.

Tapi ada cara lain lagi, cara yang lebih cepat dan lebih pasti. Yaitu temukan orang-orang baru yang baik. Orang yang mau benar-benar mendengarkan. Orang yang mau menerima kamu apa adanya. Orang yang yakin bahwa kamu bisa.

Saya ga bilang solusinya adalah cari pacar dengan kualitas tinggi seperti diatas. In fact, kamu bisa temukan orang-orang seperti ini di lingkungan kamu. Cara ini adalah cara yang dipakai teman saya ketika kuliah diluar negeri. Waktu itu dia memulai depresi ketika ibunya yang sangat disayangi meninggal dunia setelah berjuang melawan kanker, dan diikuti pula dengan putus pacar disaat harus menyusun thesis (inilah mengapa saya bilang jangan cari pacar saat depresi).

Dan bagaimana cara dia sembuh dari depresi? Dia mengakui bahwa dia depresi dan mengambil langkah dengan cara bersama-sama dengan orang-orang yang mau mendengar dan tidak men-judge kamu. Tentu saja dia juga berusaha banyak berdoa, mulai meng-explore diri, dan tidak membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain. Tapi impact terbesar dia adalah ketika menemukan teman-teman Indonesia yang memiliki kualitas diatas.

But not only that, alasan dia bisa sembuh total tidak hanya mendapat orang-orang yang mau mendengar dan tidak men-judge. Tapi dia juga memberi balasan berbuat baik kepada orang lain. Mau mendengarkan, mau membantu, maintain good relationship with friend. More happiness less drama.

Ini mengingatkan saya tentang lagu “Under Pressure” yang dinyayikan Queen (Band yang juga menyanyikan “Bohemian Rhapsody”) dan David Bowie. Lagu tersebut menceritakan tentang depresi dan stress, tapi lirik yang paling mengesankan adalah

Can’t we give ourselves one more chance?
Why can’t we give love that one more chance?
Why can’t we give love, give love, give love, give love
Give love, give love, give love, give love, give love?

‘Cause love’s such an old fashioned word
And love dares you to care for
The people on the edge of the night
And love (people on streets) dares you to change our way of
Caring about ourselves

Under Pressure by Queen ft. David Bowie

Give love. Give love. Give love. Give love. 9x

Dengan memberikan perhatian kepada orang lain, kita tidak hanya menyembuhkan orang lain, tapi juga diri sendiri.

Dua metode diatas berhasil, tapi adalah pilihan kamu untuk memilih jalan keluar dari depresi.

Now, kamu mungkin akan bilang, “aku takut aku ga bakal diterima”, “aku ga berani ketemu orang baru”. Jika kamu begitu, jangan khawatir. Kamu bisa kirim curhatan kamu lewat “Kotak Curhat. Kamu bisa tuliskan isi keresahan kamu, dan kalau mau minta tolong solusinya. Saya tidak akan bocorkan nama kamu.

Yakinlah semua akan indah pada waktunya.

Photo by Duy Pham on Unsplash

(Bonus: This is “Under Pressure” video that I mention before)