Self Improvement

Alasan Kenapa Kamu Tidak Lulus Wawancara Beasiswa dan Cara Mengatasinya

Alasan Kenapa Kamu Tidak Lulus Wawancara Beasiswa dan Cara Mengatasinya

Maafkan saya kalau akhir-akhir ini artikel saya “agak melenceng” dari topik depresi dan teman-temannya. Will I change the entire topic of my blog? Nope. Saya akan terus membahas tentang depresi, minder, dan anxiety (though until now there is no topic about anxiety YET).

Tapi yang kalian harus pahami adalah, melawan depresi tidak berhenti hanya ketika saat sembuh saja. Namun juga pada saat sampai pada tahap “sukses” dimana akan mencapai titik depresi juga disana. Maka bagi saya, melawan depresi bisa dibilang adalah perjuangan seumur hidup.

Anyway, lets get back to the topic.

Cerita dimulai ketika saya mendaftarkan diri ke salah satu beasiswa Indonesia untuk melanjutkan studi S2 di Kyushu University, Jepang. Kenapa Jepang? Ada banyak alasannya, salah satunya adalah Jepang adalah negara luar negeri pertama yang saya kunjungi dengan waktu tinggal lebih dari 1 minggu dan universitas tujuan saya pas sekali sedang riset minat saya (alasan yang ideal sekali ya?).

Untuk mendaftar ada berbagai perjuangan melalui tes TOEFL dan mencari rekomendasi, but let just skip it to the day I took the interview.

Let see, document? check. Interview practice? check. Essay practice? check. Outfit? check. Masuk ke gedung bertemu dan banyak orang-orang (yang kelihatan gugup) yang juga mengambil interview di hari tersebut. Kemudian beberapa saat, dipanggilah nama saya. Saatnya untuk menghadapi interview.

“Kak, boleh cerita dulu persiapan menghadapi interviewnya ga?”

Saya sudah wanti-wanti pertanyaan itu akan muncul, tapi ada benarnya juga (80% jawaban interview biasanya sudah disiapkan terlebih dahulu sebelum interview dimulai). Jadi kita akan mulai dari sini.

Biasanya untuk interview wawancara beasiswa sekolah (terutama yang akan keluar negeri) biasanya akan ditanya

  • Kenapa pilih universitas / negara tersebut dan apa bedanya dengan di Indonesia
  • Apa penelitian yang akan kamu kerjakan, kenapa, apa pentingnya
  • Apa persiapanmu untuk tinggal di negara tersebut

Basically, cuma 3 pertanyaan ini + pertanyaan yang bercabang dari sini. Tapi untuk bisa menjawab pertanyaan diatas, kamu bisa jadi perlu waktu lama bahkan berminggu-minggu. Buku, journal, diary, internet, dan apa saja yang bisa dijadikan referensi jawabanmu di interview nanti. Apa yang kamu perlu cari disini?

Value

Value yang menghubungkan antara passion, mimpi, dan impact di masa depan kamu setelah selesai sekolah dengan value yang dimiliki pemberi beasiswa. I say 90% penyebab kegagalan interview adalah mismatch antara value diatas. Tiga pertanyaan diatas adalah dasar dari pencarian apakah kandidat ini cocok dan terbaik diantara kandidat lain. Dan tentu saja pertanyaan selanjutnya adalah

Bagaimana cara mengatasinya supaya bisa lulus?

Kamu ga bisa merubah orang-orang yang ikut dalam seleksi beasiswa tapi setidaknya kamu masih bisa mengubah jawabanmu supaya value kamu dan pemberi beasiswa cocok. Marilah kita masuk ke langkah pertama

1. Riset

Di langkah ini sekitar 50% orang saja sudah gagal. Kenapa? kebanyakan malas. Malas mencari data-data yang sesuai dengan value yang kamu punya. Malas mencari data riset yang memang benar-benar mendukung argumen kamu. Padahal ini langkah yang paling menentukan untuk membentuk argumen saat ditanya 3 pertanyaan diatas. Kamu bisa saja berargumen tanpa data, tapi siap-siap gugup jika interviewer ahli di bidang tersebut.

Di tahap ini dimulai dengan kamu riset dirimu sendiri.

Apa minat kamu? bakat kamu? pengalaman kamu? pencapaian kamu? semuanya harus relevan dan sejalan dengan argumenmu. Misalkan kamu punya pengalaman meneliti yang panjang lewat lomba dan magang, kemudian kamu punya bakat menulis bahasa Inggris yang baik maka kamu bisa tonjolkan ada kesempatan untuk bisa terbit jurnal international selama kuliah di luar negeri.

Kedua, riset mengenai prospek penelitian kamu terhadap pemberi beasiswa.

LPDP? Fokus bagaimana impact riset kamu kepada Indonesia secara detil

MEXT? Fokus bagaimana impact riset kamu terhadap Jepang dan Indonesia pada jangka pendek dan panjang.

Coba cek pemberi beasiswa ini apakah perusahaan swasta atau dari negara. Cek pemberi beasiswa ini ingin punya visi dan misi di masa depan seperti apa. Sesuaikan dengan apa yang kamu ingin riset.

Tentu saja kamu juga perlu riset ga cuma kampus tujuan, tapi juga dosen yang akan menjadi pembimbingmu, apa kelebihannya, apa fokus risetnya, jumlah papernya, jurnal mana saja yang dia berkontribusi. Malas? Capek? Ya terserah kamu mau lulus apa tidak.

Misalkan dosen yang ingin kamu jadikan pembimbing pernah riset di Indonesia, atau seorang ahli yang terkemuka di negaranya maka akan menjadi point plus. Sebab, pemberi beasiswa ingin kamu belajar dari yang terbaik. Yakinkan mereka bahwa kamu telah mencari dan memilih yang terbaik.

Penelitianmu perlu juga di riset dengan baik bagaimana impact penelitianmu bermanfaat di mata pemberi beasiswa. Perusahaan swasta mungkin lebih memilih penelitian yang punya direct impact kepada bidang yang menjadi bisnis mereka. Besar kecil impact juga harus diriset agar tidak ditanya “Loh ini kan juga bisa diteliti di Indonesia?”

Setelah itu kamu juga harus riset mengenai saat kamu lulus. Kamu mau jadi apa? Dosen? yang seperti apa? Bukti kamu bisa jadi dosen seperti apa? Sudah tahu belum gimana jadi dosen itu kayak gimana? Yakin kamu punya adalah orang yang cocok buat jadi dosen? Bagaimana cara menjawab pertanyaan ini? Risetlah tentang pekerjaan tersebut. Saya pernah ditanya kenapa jadi dosen kenapa ga jadi peneliti saat interview. Jawaban saya adalah karena dosen ada urgensi untuk melakukan pengabdian masyarakat (dimana pada waktu itu saya punya pengalaman banyak di pengabdian masyarakat). Perlu juga disesuaikan dengan pengalaman kamu selama kuliah.

Terakhir, kamu juga perlu meyakinkan bahwa kamu siap tinggal di negara tujuan. Jika kamu sudah riset dan minimal sudah bisa membayangkan worst case tinggal disana, bagaimana cara mengatasinya, dan budaya mereka maka 90% kamu sudah bisa meyakinkan mereka. Kadang kamu akan ditanya kenapa pilih kampus/negara tsb, padahal di Indonesia juga ada. Do your research.

Pengalaman saya tahap riset paling cepat butuh waktu 1 minggu. Jangan terburu-buru agar argumen kamu tetap logis dan terstruktur. Kita masuk ke langkah ke 2.

2. Latihan

Sebelum masuk ke tahap latihan, saya perlu kasih tahu kamu sesuatu.

Tidak ada interviewer yang mau menjatuhkan kandidat manapun.

Tapi bukan berarti mereka mengiyakan semua jawabanmu juga, yang ingin saya tekankan adalah mereka sebenarnya sangat welcome kepada semua kandidat. Tugasmu selanjutnya adalah jangan sampai memperburuk keadaan.

Karena kamu sudah riset bagaimana kriteria kandidat yang mereka inginkan dan bagaimana value terbaik kamu yang bisa ditonjolkan. Maka kamu sudah mensortir mana argumen-argumen yang cocok buat mereka. Ingat kita tidak mengubah pikiran mereka bahwa kita adalah kandidat terbaik. Tapi kita hanya melakukan persuasi bahwa kita di mata mereka bisa jadi adalah kandidat terbaik.

Bingung? Sedikit tips ketika saya belajar copywriting. Kamu ga bisa menjual orang yang ga tertarik dengan barang tertentu. Yang bisa kamu lakukan adalah membuat orang yang sudah tertarik semakin tertarik sehingga membeli barang tertentu. Butuh energi dan modal besar untuk mengubah pikiran orang lain, tapi jika kita hanya fokus kepada orang yang sudah tertarik maka akan lebih gampang.

Pada dasarnya, setiap interviewer menganggap setiap kandidat adalah calon yang lulus (kandidat terbaik). Tapi ketika interview berlangsung, sang kandidat berargumen dengan lemah (bahkan bohong) dan tidak berargumen sesuai dengan value yang dipegang oleh interviewer. Maka dari itulah sang interviewer mencoret namanya dari calon yang lulus.

Sebaliknya, jika kamu berargumen sesuai dengan value yang mereka pegang dengan percaya diri maka mereka tidak hanya tetap yakin, tapi akan semakin yakin bahwa kamu adalah kandidat yang mereka cari. Maka dari itu, tahap riset sangat krusial untuk mendukung tahap ini.

Tugas para interviewer adalah mengetes apakah kandidat ini cocok dan terbaik, jadi persiapkanlah argumen terbaik kamu dan pertanyaan terburuk mereka. Mari kita lanjut ke langkah ke 3 langkah yang terakhir

3. Berdoa

Kamu sudah berusaha semampu kita, maka sudah menjadi langkah bijak kita untuk menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Bisa saja kamu sudah sempurna mengerjakan langkah riset dan latihan, tapi kalau Tuhan mengirimkan orang-orang yang lebih baik dari kamu bagaimana kamu menolaknya?

Langkah ini tidak hanya akan membantu apakah kamu lolos atau tidak, tapi juga membantu kamu tenang ketika kamu tidak diterima. Bisa jadi memang belum rejekinya.

Inilah 3 tahap yang harus kamu lakukan untuk bisa lulus wawancara beasiswa. Mungkin dari pembaca ada yang bertanya, saya pernah lulus di beasiswa apa? Nah. I won’t answer that. Silakan temukan di akun media sosial saya.

Cheers.