Cara Mengatasi Depresi #4: Memaafkan Bukan Menyalahkan
Tahukah kamu kalau di sosial media (Instagram, Twitter, Facebook, Quora) ada banyak akun-akun yang menspesialkan para pelaku depresi dan anxiety? Jika akun ini bertujuan untuk mencari jalan keluar, maka tidak masalah. Tapi yang ada akun ini mempost quote-quote yang mempunya message
“Saya tuh dikelilingi orang-orang begini, saya tuh punya masalah dari lahir begini, lingkungan saya begini, siapa yang harus saya salahkan?” Dan masalahnya ga berakhir disini saja, di Quora saya juga temukan thread pertanyaan yang nanya “bagaimana cara bunuh diri tanpa menyakiti diri sendiri?“. Para penderita depresi merasa “empowered” dan bangga dengan depresinya.
Sekarang, sebagai penderita depresi saya tahu kalau
Kamu, penderita depresi sebenarnya sedang bingung dengan diri sendiri dan orang lain di sekitarnya
Ketika bingung, hal yang paling mudah dan paling sering dilakukan adalah menyalahkan. “Bukan salah saya kalau saya begini, ini salah teman-teman saya yang suka ngebully, orang tua saya yang tidak suportif, atau salah hormon saya yang produktif serotoninnya rendah”. Pokoknya bukan salah saya (beberapa orang seperti ini bisa banyak target yang disalahkan, bahkan bisa sampai menyalahkan Tuhan).
Jika ada akun yang mendukung depresi mereka dengan cara “depresi tuh ga papa, itu bukan salah kamu”, tentulah penderita depresi seperti kamu akan mengikuti akun tersebut.
Saya tahu saya sepertinya keras kepada pelaku depresi. Karena saya tahu kalian frustasi dan bingung bagaimana cara menghadapi tekanan hidup. Mungkin kalian sedikit bangga bahwa kalian bisa “happy” ditengah-tengah depresi dengan cara menikmati rasa depresi (karena saya dulu juga begini). Tapi menjadi edgy dengan mempost quote-quote depresi dan menikmati rasa sakit tidak akan membantu kalian.
Gimana kalau saya kasih tahu kalau kalian bisa jadi unik tanpa harus depresi dan cara menghadapi langsung depresi tanpa psikiater (I am dead serious especially for self-diagnosed depression). Caranya adalah
Memaafkan bukan menyalahkan
(Not a surprise eh?)
Mungkin kalian berpikir maksud kata “memaafkan” itu begini,
“Jadi saya mesti maafin orang-orang yang sudah ngebully saya? wah ga bisa gitu!”
Partially yes, nanti suatu saat kamu perlu melakukan itu. Tapi pertama-tama, yang kamu mesti lakukan adalah
Memaafkan diri sendiri dan masa lalu
Memaafkan kesalahan yang dibuat diri sendiri di masa lalu. Menghilangkan rasa bersalah yang telah ditumpuk sejak lama. Ini juga didiskusikan oleh peneliti di salah satu jurnal dari Journal of Counseling Psychology [1].
Namun apakah ini gampang? Coba kita lihat contoh
Contoh kecilnya adalah ketika kamu main game cukup lama seharian, tapi kamu punya PR / tugas. Biasanya setelah sadar bermain cukup lama, ada rasa penyesalan “kenapa sih gua ga ngerjain tadi pagi aja?”. Menyalahkan diri sendiri, tapi hasilnya malah frustasi dan melanjutkan main game dengan alasan “main supaya menghilangkan frustasi” dan akhirnya tidak dikerjakan sama sekali.
Contoh besarnya kamu misalkan depresi ga punya pacar karena kamu anak rumahan. Yang ada kamu malah menyalahkan orang tua kenapa waktu dulu aku dikekang ga boleh keluar malam. Kenapa aku tinggal di lingkungan orang yang ga punya motivasi pacaran. Kenapa ga punya teman yang keren-keren yang bisa ngajak jalan teman cewek. Setelah gagal PDKT (karena tidak tahu cara yang tepat) ujungnya marah-marah di medsos (sampai bikin thread di twitter) kalau cewek itu cuma mau sama badboy dan anak gaul, ga mau sama “nice guy” yang pengertian dan romantis.
Jika diatas adalah contoh di atas adalah salah satu masalah kamu, maka sekarang kamu sedang berusaha menyembuhkan diri dari depresi. Maafkanlah dirimu sendiri dan masa lalu. And the real question is, bagaimana caranya
Let It Go
Sekali lagi
Let. It. Go
Jika berkaca pada contoh besar maka akan jadi seperti ini, “Okay, gua salah, gua ga punya inisiasi untuk cari lingkaran yang lebih luas”
Dengan ini kamu akan masuk ke tahap otak rasional dimana kamu akan berpikir “bagaimana sekarang penyelesaiannya”.
“Berarti gua bisa coba cari teman atau lingkaran baru, eh tapi gua ga berani nyari temen baru. Berarti step awalnya gua harus belajar ngobrol supaya dapat teman atau cara networking lewat sosial media”
Guaranteed 100%: Setahun kemudian kamu akan sembuh total dari depresi + sistem imun jika ada depresi lagi yang akan datang
Jika ada depresi datang, kamu sudah punya sistem bagaimana cara mengatasinya. Depresi bisa saja datang di saat-saat penting. Seperti masa-masa penulisan skripsi/thesis. Eksekusi proyek yang penting. Bahkan saat masa-masa sebelum pernikahan. Maka dari itu metode ini ga cuma penting buat dirimu yang sekarang, tapi juga dirimu yang di masa depan.
Metode ini sebenarnya sudah dikembangkan sejak lama, tapi inspirasi saya adalah berasal dari buku 7 Habit of Highly Effective People oleh Stephen Covey (old book tapi masih sangat relevan di jaman sekarang). Bagaimana menyelesaikan masalah cara memaafkan diri sendiri dapat dimulai dari melihat sesuatu berdasarkan Circle of Concern dan Circle of Influence.
Circle of Concern adalah apa-apa saja dalam hidup yang berhubungan dengan kita yang bisa kita ubah dan tidak bisa kita ubah. Sedangkan Circle of Influence adalah apa-apa saja dalam hidup yang berhubungan dengan kita dan bisa diubah.
Jika kamu terlalu fokus kepada circle of concern (terutama kesalahan di masa lalu), kamu akan cenderung untuk menyalahkan dan tidak mau berubah. Karena kamu bersikap reaktif terhadap masalah. Jika ada masalah, reaksi pertama di kepala adalah ini salah siapa dan ketika ketemu akan menyalahkannya, tanpa mencari jalan keluar.
Namun jika kamu fokus kepada circle of influence, kamu akan proaktif dalam mensortir masalah yang tidak bisa diubah dan bisa diubah. Setelah disortir, masalah yang tidak bisa diubah akan disingkirkan dan otak lebih fokus ke arah masalah yang bisa diselesaikan. Misal di contoh besar, kamu memaafkan masalah masa lalu (yang tidak bisa diubah) dan move on, setelah itu barulah fokus memperbaiki dengan mencari teman / lingkaran baru (yang bisa diubah).
Sound simple right? Tapi bagi beberapa orang justru tahap memaafkan diri sendiri malah adalah tahap yang tersulit.
Karena ketika kamu sudah memaafkan maka rasa ketidakpuasan yang kamu miliki sekarang 100% menjadi tanggung jawab diri kamu di masa sekarang
Ga ada yang suka tiba2 semua masalah menjadi tanggung jawab diri mereka. Perlu sedikit demi sedikit, tahap demi tahap untuk memaafkan diri sendiri. Tapi yang terpenting adalah kamu berani memulai, dari tahap sekecil apapun.
Hingga akhirnya, kamu akan melihat dirimu telah menaklukan gunung besar di akhir perjalanan.
Mampukah kamu melakukannya? Jawabannya ada dalam dirimu sendiri.
Cheers.
Baca juga:
Featured Photo by Lina Trochez on Unsplash
Catatan kaki:
[1] Davis, D. E., Ho, M. Y., Griffin, B. J., Bell, C., Hook, J. N., Van Tongeren, D. R., DeBlaere, C., Worthington, E. L., Jr., & Westbrook, C. (2015). Forgiving the self and physical and mental health correlates: A meta-analytic review. Journal of Counseling Psychology, 62, 329-335.