Depresi

Cara Mengatasi Depresi #5: Menghancurkan Limiting Belief

Cara Mengatasi Depresi #5: Menghancurkan Limiting Belief

Ketika saya masih kelas X (1 SMA), saya mendapatkan nilai 30 untuk UTS Kimia, nilai terbawah di kelas saya. Padahal saya sudah berusaha keras dan belajar seharian untuk bisa mengerjakan ujian. Setelah mendapatkan kertas ujian, saya dipanggil oleh guru kimia bersama 2 teman yang nilainya sama-sama jeblok, beliau meminta kami untuk belajar lebih giat dan meminta teman lain untuk mengajarkan (waktu itu belum ada sistem remedial, jadi nilai 30 tersebut tetap 30).

Tough but fair, dalam pikiran saya. Namun dari cara ngomong guru tersebut, beliau merasa saya adalah anak yang kesulitan dalam mata pelajaran kimia yang butuh tutor khusus. Pemikiran ini sangat merasuk ke dalam jiwa saya saat itu. Selama tutor saya merasa minder dan kurang percaya diri ketika mengerjakan soal kimia. Sering saya menyontek PR teman lain agar bisa menyelesaikan soal-soal. Saya merasa saya akan butuh tutor sampai saya lulus SMA.

Keluarga saya sepertinya peka sekali dengan keadaan ini, dan akhirnya saya dibelikan buku contoh soal UN Kimia. Walaupun sudah dibelikan selama semester 1 saya tidak pernah menyentuh buku tersebut. Setelah beberapa bulan tibalah musim liburan. Sebagian besar waktu saya habiskan di rumah bermain PS 2.

Bosan sudah bermain PS 2 dan Nintendo GBA, saya termenung di kamar sambil melihat buku paket contoh soal Kimia di rak buku. Karena sudah saking bosannya, saya buka dan coba kerjakan. Setelah beberapa soal saya bisa mengerjakannya, mulailah soal-soal tahap sulit. Untungnya di buku tersebut ada tahapan cara mengerjakan tiap-tiap soal, selama 15 menit akhirnya saya paham dan bisa mengerjakannya. Semakin saya mengerjakan soalnya, semakin saya percaya diri. Tanpa sadar saya sudah menyelesaikan tidak hanya satu, tapi dua paket soal dalam waktu 2 jam.

Dalam waktu seminggu back to school, saya sudah menyelesaikan 7 paket soal kimia.  Tanpa bantuan tutor. Hasilnya? ujian berikutnya saya mendapat nilai 95 dan menjadi tutor kimia di kelas.

Is this magic? Nope it is not.

Pernah ga kalau kamu selalu berpikir bahwa kamu tidak bisa melakukan sesuatu, namun ketika dicoba ternyata bisa? Pernah melakukan sesuatu yang kita takutkan namun setelah dicoba ternyata tidak seberapa daripada yang kita pikirkan?

Itulah “limiting belief”. Hal yang sebenarnya kita bisa tapi persepsi kita yang mengatakan tidak bisa.

There Is No Truth, There Is Only Perception

Gustave Flaubert

Persepsi adalah “thinking pattern” yang tercipta dari pengalaman-pengalaman yang kita lalui selama hidup dan membuat kita berpikir itulah “realita”.

Persepsi membuat kita merasa bahwa ketidakbisaan kita adalah “realita” dan merasa kita harus mengakuinya. Padahal itu hanya sekedar persepsi kamu saja. Bisa jadi realita yang sebenarnya kita bisa mencapai hal tersebut.

Contohnya..

Kamu mendapat nilai rendah saat ujian dan teman-teman bilang kamu bodoh terus-menerus -> Kamu akan merasa kalau kamu bodoh dari sananya

Kamu gagap ngomong sama cewek dan sering ditolak -> Kamu merasa kamu jelek dan ga bisa punya pacar yang kamu inginkan

Mungkin ini contoh yang terlalu simpel, tapi ini sering terjadi.

Jadi kita tinggal mikir kalau kita bisa / kita orang yang pintar begitu saja?

Tentu saja tidak. Kalau kamu berusaha berpikir seperti itu tanpa skill yang benar-benar menunjang pemikiran tersebut, kamu sebenarnya tetap dalam limiting belief dan bahkan jatuh ke lubang yang lebih parah, yaitu delusi.

Sebab persepsi juga didukung oleh pengalaman bahwa kita bisa. Jika cuma percaya saja tanpa pernah benar-benar mengalaminya, kamu tetap takut untuk melakukan sesuatu. Untuk itulah perlu kemampuan dan skill yang menunjang pemikiran yang mampu menghancurkan limiting belief.

Jadi, untuk mempunyai kemampuan dan skill diatas, kita perlu ke tahap berikutnya

Taking Action. 

Ga perlu mikir banyak. Belajar dasarnya secukupnya dan segera taking action. Kalau kata Nike “Just Do It”

Sebagai yang baru mulai pasti kamu merasa ingin langsung mendapatkan hasil yang sempurna di first try. Makanya orang yang kebanyakan berteori daripada praktek, bisa ditebak mereka adalah pemula.

Jika kamu ingin naik level dari orang-orang seperti mereka, coba saja dulu ketika ingin melakukan sesuatu, yang harus kamu lakukan tapi takut untuk melakukannya. Jangan takut dengan kegagalan, takutlah bahwa kamu tetap berada di level orang-orang yang cuma bisa ngomong dan tidak pernah berkembang.

Ketika kamu mencoba dan gagal, kamu mendapatkan sesuatu yang sangat berharga. Yaitu sebuah pelajaran penting apa yang harus kamu benahi dan perbaiki dalam diri kamu.

Informasi yang tidak kamu temukan di buku manapun. Jikapun ada kamu tidak akan mengerti. Kamu mungkin akan bilang, “oh gw bisa”. Tapi faktanya di lapangan kamu ketakutan. Bisa jadi hal-hal yang kamu tidak pedulikan dan kamu lewati, justru itulah hal terpenting yang pertama kamu benahi.

Setelah kamu mencobanya, kamu akan merasa minder sebentar. Akan tetapi kombinasi persepsi yang positif dan aksi adalah obat paling ampuh, paling pahit, dan obat satu-satunya untuk melawan rasa minder sekarang dan selamanya.

Insecurity can be spotted everywhere, it is the most honest form to tell you that you need something change. You may neglect it, but it will never go away. The only way to make it go away, is to face it.

Will it easy? Seperti cerita di atas? Mungkin.

Yang terpenting kamu harus mencobanya.

Cheers,

Photo by Form on Unsplash

Artikel ini terinspirasi oleh: How to Destroy Your Limiting Belief

Baca juga Cara Mengatasi Depresi:

#1 Mengalahkan Rasa Minder

#2 Dikelilingi oleh Orang Baik

#3 Mencari Pertolongan Pertama

#4 Memaafkan Bukan Menyalahkan