Cara Mengatasi Depresi #6: Mengakui Kekurangan Tanpa Rasa Malu
Kita semua manusia punya kekurangan. Dari yang sudah sukses maupun yang masih bersekolah. Dari yang sudah menjadi orang penting maupun yang masih pegawai biasa.
Kita semua manusia punya kekurangan. Dari yang sudah sukses maupun yang masih bersekolah. Dari yang sudah menjadi orang penting maupun yang masih pegawai biasa.
Dari yang sudah sukses maupun yang masih bersekolah. Dari yang sudah menjadi orang penting maupun yang masih pegawai biasa.
Tapi uniknya, setiap orang mempunyai persepsi yang berbeda terhadap kekurangannya masing-masing. Pernahkah kamu minder sekali dikatakan bahwa kamu jelek, tapi tidak cuek saja ketika dikatakan tidak pintar/bego? Sebaliknya pernahkah kamu sangat kepikiran jika nilai kamu kurang dari 80, tapi biasa saja ketika dikatain pendek?
Kenapa kamu marah sekali jika pipinya gendut, tapi biasa saja kalau di katain hitam?
Tiap orang mempunyai kelemahan yang dianggap orang lain bukan kelemahan, dan sebaliknya.
Tapi disini kita ingin menghilangkan rasa minder dari sebuah kelemahan yang kamu miliki bukan?
Mari kita bahas pelan-pelan
Saya tidak akan membicarakan kekurangan-kekurangan yang menurut kamu sudah tidak masalah kalau dikatain. (Mungkin justru kamu bangga dengan kekurangan tsb)
Kita akan ngobrol mengenai kekurangan yang bikin kamu minder.
Masih ingat dengan memaafkan diri sendiri di Cara Mengatasi Depresi #4: Memaafkan Bukan Menyalahkan ?
Sekarang kamu akan belajar memaafkan dirimu sendiri lagi, dan orang lain.
You see, sometimes orang-orang ga tahu kalau kamu minder terhadap sesuatu, dan sedang berusaha untuk tidak “breakdown”. Membuat diri bangga dengan kekurangan yang membuatmu minder bertahun-tahun mungkin akan sulit.
Tapi setelah selesai dan tahu cara mengatasinya, kepercayaan dirimu meningkat 5x dan hidupmu akan lebih tenang.
Let’s go

Bangga dengan “Kekurangan”
Cerita saya dimulai ketika mendapatkan kesempatan wawancara dengan perusahaan rekrument Jepang, sebagai pertimbangan menjadi salah satu kandidat yang ditawarkan perusahaan Jepang.
You see, sebagian perusahaan Jepang memilih untuk tidak membuka lowongan langsung di web. Mereka lebih memilih meminta tolong lewat perusahaan rekrutment and menerima kandidat yang telah diseleksi mereka. Terutama untuk lowongan yang membutuhkan kemampuan bahasa Jepang.
Ada 2 interview, 1 dengan orang Indonesia dan 1 dengan orang Jepang secara terpisah. Tentu saja interview dengan orang Jepang dilakukan dengan bahasa Jepang. Setelah orang Indonesianya selesai, kami ditinggal menjadi hanya berdua dalam 1 ruangan.
Karena ini adalah perusahaan rekrutment, beliau bertanya mencoba mengobrol sebentar dengan bahasa Jepang tentang pengalaman di Jepang (this is also a test). Sampailah pada pertanyaan mengenai kuliah di Jepang.
“Kenapa kamu kuliah S2 di Jepang? Kenapa kamu memilih kuliah di universitas ini? Kenapa kamu belajar bahasa Jepang?”
If I am honest, salah satu tujuan saya ke Jepang adalah untuk cari pacar orang Jepang. Bisa kamu baca sebagian ceritanya disini: Cara Mengatasi Depresi #1: Mengalahkan Rasa Minder
Well think about it, sudah capek-capek negara kamu tujuan yang aneh-aneh seperti itu? Kamu aja main-main sama uang beasiswa apalagi uang perusahaan? Pikiran negatif saya merasuk ke dalam otak saya, dan saya merasa tidak bisa menjawab pertanyaan di atas 100%.
But, I was WRONG.
In fact, interviewer orang Jepang tersebut tertawa dan mengatakan that’s OK. Tidak apa-apa melakukan kesalahan di masa lalu.
Yang terpenting adalah mau mengakuinya dan melakukan introspeksi (反省) diri untuk hal yang lebih baik.
Saat beliau bilang begitu, saya teringat dengan konsep “hansei” 反省 saat saya masih tinggal di Jepang.
Konsep HANSEI 反省
“Hansei” jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya adalah “introspeksi diri.“
Pertama kali saya menemukan konsep “hansei” ini ketika melihat anak sekolahan di Jepang menulis sesuatu di buku yang bernama “hanseibun” 反省文. Di buku tersebut anak-anak menuliskan apa yang sudah dilakukan/terjadi pada hari itu, apa yang hal menarik baginya/yang membuat dia menyesal, apa yang telah dia pelajari dari sana. Mirip sebuah diary bukan?
Bedanya dengan diary, buku tersebut harus diserahkan kepada guru/wali kelasnya. Dengan begini, guru tidak hanya melihat perkembangan akademik tapi juga perkembangan karakter anak.Di buku tersebut, mau tidak mau kamu harus menulis hal-hal / kesalahan yang menurut kamu tidak baik, dan mengemukakannya di orang lain namun secara tidak langsung dengan tulisan.
Untuk menuliskan sesuatu yang menurut kamu buruk tersebut, kamu harus memaafkan dirimu sendiri. Jika belum, kamu bahkan tidak berani mengatakannya langsung kepada dirimu sendiri (mungkin ini sudah masuk di trauma). Memaafkankan dirimu sendiri, adalah awal untuk berintrospeksi diri.
Namun pada level tertentu kamu juga perlu “acceptance” (penerimaan) bahwa hal tersebut merupakan hal yang wajar oleh lingkungan sekitar kamu.
Jika kamu punya perasaan yang dipendam terus-terusan, tanpa sadar kamu akan mengatakannya kepada orang-orang di sekitarmu. Misalkan kamu tidak senang dengan si A, walaupun kamu tidak ingin menjelekkan-jelekan si A (karena kamu tahu itu salah) tapi tanda sadar dengan sendirinya kamu akan membicarakan hal itu kepada keluarga atau sahabatmu, karena bagi kamu mereka pasti akan menerima pendapatmu.
Kamu butuh acceptance bahwa yang kamu lakukan tidak apa-apa dan bukan sebuah masalah.
Di buku Hanseibun, jika guru tidak siap untuk menerima kekurangan-kekurangan muridnya, maka murid tersebut akan berbohong dan memendam perasaannya.
Namun langkah awal yang kamu harus lewati setelah memaafkan dirimu sendiri adalah mencari orang yang akan menerima kamu dan mengatakannya.
Bagi sebagian orang perlu latihan untuk mengungkapkan perasaannya.
Untuk itulah, saya menyediakan Kotak Curhat di blog ini.
Kamu bisa gunakan untuk latihan bagaimana mengungkap perasaan / uneg-uneg yang sudah membuatmu kepikiran dalam waktu lama.
Konsep “hansei” awalnya dipakai untuk introspeksi diri untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik. Sering digunakan dari masih kecil sampai kerja di kantoran. Dalam laporan pribadi, juga ada keharusan untuk menulis apa yang telah dipelajari dari kegiatan-kegiatan/kesalahan yang dilakukan.
Mengakui Kekurangan = Menghilangkan Rasa Minder
Pernah tidak ketika kamu kumpul keluarga atau teman seangkatan kuliah, salah satu dari mereka melempar candaan kepada kamu tapi kamu anggap itu sebagai hinaan? atau ada celetukan teman kamu yang membuat kamu merasa minder.
Saya juga pernah merasakan begitu.
Ada juga beberapa orang yang mencari-cari comeback dari “hinaan” tersebut sehingga suasana percakapan yang santai malah menjadi awkward. Padahal pertanyaan tersebut ditanya dengan santai (contohnya pertanyaan kapan nikah atau celetukan kamu agak gemukan).
Kamu akan mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu kalau kamu sudah mengakui kekuranganmu bukan sebagai aib.
Walaupun bukan sampai level aib, kira-kira pada level kamu kepikiran dengan hal tersebut dan tidak ingin membicarakannya.
Kalau kamu mengakuinya, kamu bahkan akan membuat becandaan dari kekurangan mu tersebut. Level kepercayaan dirimu akan meningkat drastis.
Sampai jumpa lagi di blog post selanjutnya.
Featured Image:
Photo by Trung Thanh on Unsplash
P.S. Kamu bisa dapatkan:
1. E-book tentang 7 penyebab depresi dan bagaimana cara mengatasinya
2. Update cepat blog post
3. Tulisan-tulisan ringan tentang depresi, anxiety, dan insecurity yang tidak saya post di blog
4. Ilmu dari guru-guru saya ketika menghadapi depresi dari diri sendiri
Dengan subs ke email list saya disini. Saya akan kirim email seperti ini 2x seminggu.