Self Improvement

Bedah Buku Awareness oleh Anthony De Mello

awareness by anthony de mello

Before enlightenment I was depressed. After enlightenment, I continue to be depressed

-Anthony De Mello in “Awareness”

Halo. 

Pada postingan kali ini saya membedah suatu buku yang sangat menarik. Judul buku ini adalah “Awareness” oleh Anthony De Mello, seorang pendeta kelahiran asal India dan praktisi psikoterapi. Tidak disangka bukan kalau yang menulis buku ini adalah seorang pendeta, dan dari India?

Itu adalah hal pertama yang membuat saya penasaran dengan buku ini. Tapi, setelah membaca halaman pertama rasa penasaran bertambah besar. Sangat besar. Rasa penasaran yang besar inilah membuat saya bisa menyelesaikan buku ini dalam waktu seminggu. 

Ada apa dengan Anthony de Mello dan bukunya “Awareness”? Alasan terbesar saya membaca buku ini karena seminggu yang lalu saya memulai latihan untuk mengendalikan emosi saya sehari-hari. 

Bukan emosi marah ataupun sedih. 

Emosi ingin saya kendalikan yang bernama “ngebet”.

Selama kurang lebih 3 tahun, saya banyak sekali membaca buku pengembangan diri (self-improvement), dari masalah cinta, produktivitas, dan mindset. Namun progress yang dibuat terasa kecil walaupun sudah belasan bahkan puluhan buku sudah dibaca. 

Saat mengaplikasikannya, terasa sekali emosi “ngebet” (di bahasa inggris, lebih dikenal sebagai “needy”) ini untuk melakukannya harus benar-benar sesuai dengan di buku. Harus sesuai, kalau tidak terasa sayang uang dan waktu yang sudah dikeluarkan untuk buku ini.

Rasa ngebet inilah yang membuat progress saya terhambat, setelah saya membaca sebagian buku ini.

Itu baru sebagian saja padahal. Saya terus membaca sampai habis karena percaya banyak hal-hal penting yang perlu saya pelajari.

Apalagi sebagian isi buku ini?

To the point saja, tema buku ini adalah mengajak para pembaca untuk aware, sadar, bangun. 

Sadar dari apa? 

Sadar bagaimana cara berpikir kamu yang sekarang, menghalangi kamu mencapai apa yang kamu inginkan sekarang

Hanya dengan merubah cara berpikir, kita bisa mencapai apa yang kita inginkan??

Memang tidak langsung, tapi itulah jalannya

Seperti quote yang saya tampilkan di kalimat pertama, Before enlightenment I was depressed. After enlightenment, I continue to be depressed. Arti dari kalimat ini akan kamu temukan di buku ini.

Apa arti dari quote tersebut? Seperti apakah hanya dengan merubah cara berpikir, kita bisa mencapai apa yang kita inginkan? Bagaimana buku ini bisa membantu saya untuk mengembangkan diri? 

Good questions.

Mari kita mulai bedah buku “Awareness”, oleh Anthony De Mello

Saya mulai dari mengulik intisari dari buku ini, yaitu menjadi “aware”

Aware, kalau saya artikan sebagai “sadar”, seperti apakah rasa “sadar” itu? 

Sadar itu apa? Sadar itu ya mungkin melihat dengan jelas! Bisa bergerak dan berdiri! Sudah bangun dari tidur!

Banyak arti dari sadar, coba kita pakai perbandingan seperti bangun dari tidur.

Bangun di pagi hari, kita bangun dari mimpi dan kemudian langsung dihadapkan dengan kenyataan. Bangun, pergi ke kantor/sekolah, bekerja, dan belajar. Lebih nyaman dan nikmat tetap berada di kasur dan tidur lagi. Anthony menjelaskan bahwa “enlightment”, “sadar” itu memang awalnya tidak nyaman, seperti ketika bangun. Lebih baik kembali tidur daripada bangun.

Sadar dari apa? Memangnya sekarang kita tidak sadar? Sadar itu seperti apa?

Dalam buku ini, Anthony menceritakan hal tersebut dengan essay terpisah, setidaknya ada 50 lebih essay dan apa dan bagaimana sadar itu dijelaskan secara terpisah. Jadi mungkin pertanyaan “seperti apakah sadar itu?” akan saya jelaskan juga pelan-pelan, dari sisi buku ini.

Sadar yang dimaksud disini adalah sadar akan bahwa cara pandang kita terhadap dunia, terutama kesadaran terhadap lingkungan sekitar berubah, cara pandang kita melihat diri sendiri dan dunia luar berubah. Terlalu luas ya?

Di bawah ini adalah list “kesadaran” yang dibahas dalam buku ini

  1. Sadar bahwa manusia adalah makhluk yang lebih mementingkan dirinya sendiri
  2. Sadar bahwa semua niat sedekah/memberi adalah niat untuk diri sendiri
  3. Sadar bahwa definisi kebahagian kita selama ini bergantung kepada orang lain
  4. Sadar bahwa emosi negatif kepada orang lain sebenarnya sumber utamanya adalah diri sendiri
  5. Sadar bahwa orang lain tidak bisa menyakiti kita, justru kitalah yang membiarkan disakiti
  6. Sadar bahwa ego membutakan bagaimana cara kamu melihat secara jelas
  7. Sadar bahwa emosi negatif orang lain kepada kita 100% adalah tentang orang lain
  8. Sadar melihat lebih dari sekedar benar dan salah
  9. Dst.

Kesadaran disini adalah sebagian besar adalah kesadaran spiritual, walaupun Anthony sendiri menegaskan bahwa spiritual tidak ada hubungannya dengan agama. Saya setuju dengan beliau.

Sebab aplikasinya buku ini bermacam-macam, menurut saya yang paling signifikan adalah bagaimana cara menjadi bahagia

Sebagian besar pembaca buku ini mungkin kurang menerima apa yang dia tulis. Reaksi beliau untuk pembaca, yang setuju maupun tidak setuju ada di sepotong kalimat essay no.2: “If they profit (from it), that’s fine. And if they don’t, too bad!” 

Inilah salah satu step kedua setelah kamu sadar,

Menerima dengan ikhlas (Acceptance)

Menerima bahwa kenyataannya memang begitu

Beliau tahu bahwa yang akan menolong kalian adalah diri kalian sendiri. Yang membuat kalian sukses dan gagal adalah diri kalian sendiri. Jadi di seminarnya (buku ini merupakan essay, yang disampaikan saat seminar beliau), dia juga sudah menegaskan bahwa bukan dialah yang menolong, tapi diri sendirilah yang menolong mereka. 

Salah satu yang membuat buku ini enak dibaca adalah no pressure dari penulis untuk harus mengikutinya

Tahukah ikhlas yang dimaksud ini hampir mirip dengan ikhlasnya umat muslim?

Ditambah lagi dibuku ini juga dibahas bagaimana dan kenapa manusia sering iri dan benci kepada orang lain, dan bagaimana dengan ikhlas bisa mengatasinya secara praktikal dan logis. Sehingga bisa dinikmati oleh seluruh kalangan. Mungkin bisa dikatakan sebagai “Ikhlas dengan ilmu

Buku ini tidak hanya menjelaskan tentang dari sisi spiritual, tapi juga dari sisi psikologi manusia. Sehingga ada penjelasan yang lebih mudah ditangkap nalar.

Setelah ikhlas, selanjutnya adalah melepaskannya (Let it go)

Sekali lagi, dibuku ini juga dibahas bagaimana mindset yang tepat bagaimana cara melepaskan sesuatu tanpa ada beban atau paksaan, dengan ikhlas. Melepaskan dengan ilmu.

Contohnya saja, kamu membaca buku ini karena ga bisa melupakan mantan pacar kamu.

Di buku ini kamu akan diajak berpikir dalam, agar kamu bisa melepaskannya maka kamu perlu tahu mengapa kamu tidak bisa melepaskannya. 

Apakah karena saya tidak punya banyak pilihan wanita dalam hidupmu? Apakah saya takut untuk memulai membangun hubungan dengan yang lain karena tidak percaya diri? Apakah karena saya tidak mau dikatakan bahwa saya memilih wanita yang salah?

Who knows, cuma kamu yang tahu jawabannya

Agar kamu bisa menjawab pertanyaan ini dengan ikhlas tanpa paksaan atau beban dari diri sendiri, ada satu tahapan penting. Tahapan ini saya katakan penting. Kenapa? Tahapan ini penting untuk mencapai salah satu tujuan buku ini, yaitu menemukan kebahagian.

Tidak menilai (No judgement)

Tidak menilai apakah hanya dari benar dan salah

Terutama karena manusia tidak suka dikatain “kamu salah”

Bagaimana biasanya reaksi yang kamu dapatkan ketika orang lain dikatain “kamu salah”?

Dengan reaksi penolakan yang luar biasa, tak jarang dengan nada yang tinggi dan kata-kata yang tajam. 

Step pertama dalam menemukan kebahagian adalah tidak menilai diri sendiri berdasarkan ego

Contohnya saja, kamu seorang pelajar di luar negeri dan ditengah masa studi kamu, kamu depresi. Ego adalah identitas diri, namun jika terlalu kuat bisa menjurus kepada pemikiran yang agak irrasional. 

Karena kamu mahasiswa Indonesia di luar negeri, kamu punya identitas diri adalah sebagai orang pintar yang bisa menghandel diri sendiri dan tahu banyak jawaban. Maka pada saat itu, kenyataan bahwa kamu depresi tidak bisa diterima, dan takut jika ketahuan orang lain.

Takut bahwa identitas diri sebagai mahasiswa yang hebat akan hancur karena ketahuan depresi

Jika mengikuti buku ini, dia akan menerima bahwa dia depresi. 

Apakah langsung akan sembuh depresi? Tidak juga, sebab sadar dan sembuh dari depresi adalah hal berbeda. Setidaknya, dia bisa melihat masalah lebih jernih dan tahu bagaimana solusinya tanpa rasa bersalah.

Masih ingat tidak quote Anthony di paragraf pertama di post ini?

Before enlightenment I was depressed. After enlightenment, I continue to be depressed 

Beliau paham bahwa sadar dan sembuh dari depresi adalah hal berbeda sehingga dia dengan tenang dan ikhlas mengatakan hal membuat terlihat ajarannya tidak bermanfaat.

Sebagai penutup, saya pikir buku ini banyak sekali intisari yang bisa diambil, dan tidak bisa dibedah dalam satu post

Jika kamu ingin membeli buku ini, yang versi bahasa Indonesia kamu bisa cari di google dengan judul buku “Awareness: Butir-butir mutiara pencerahan

Buku ini benar-benar mengubah cara pandang saya dalam mengatasi masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari. Solusinya mungkin belum banyak yang ketemu, tapi setidaknya saya bisa melihat masalah saya dengan jernih.

Terima kasih sudah membaca post bedah buku “Awareness”

Sampai jumpa di post selanjutnya,

Rauf

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *