Self ImprovementSocial

Mencari Lingkaran Sosial yang Pas

Minggu ini saya baru saja pulang dari  dinas luar kantor. Saya dinas luar ke Jawa Timur selama 5 hari berturut-turut. Sangat capek. 

Beruntung selama perjalan kami bisa singgah di Bromo, rasa capek tersebut terbayar dengan suasana Bromo yang sangat sejuk dan menenangkan hati (not exaggerated).

Sunrise di Bromo

Beruntung bisa menikmati sunrise yang membeku di Bromo walaupun tidak sampai puncak. 

Tapi post ini akan membicarakan dinas luar saya lewat Bromo. Tapi mungkin ada hubungannya. 

Coba ingat ketika masih kanak-kanak TK maupun SD, kita tidak terlalu pusing dengan lingkaran sosial kita. Mau dengan yang bandel, pintar, jago olahraga. Obrolan kita tidak jauh dari kartun yang ditonton saat hari minggu (this is my childhood btw). Tidak ada beban dalam bersosial.

Memasuki SMP, grup-grup dan kelompok kecil mulai terbentuk yang bergantung pada suatu identitas. Saya ingat sekali kalau dulu di lingkaran sosial saya tidak main game online seperti Ragnarok, Dota, dan Counter Strike, kamu akan sulit masuk. Di luar lingkaran kami ada yg suka bola, dan yang populer dengan cewek-cewek. Still, it was an easy time for us.

Setelah masuk SMA, lingkaran sosial tersebut mulai menjadi hirarki dan mempunyai status di lingkungan sekitar. Biasanya yang populer selalu ngumpul dekat cewek paling cantik, dan yang lain tidak jarang dikerjain. Saya cukup beruntung di SMA bisa masuk ke akselerasi, dimana 90% teman saya nyambung dan punya hobi yang sama.

Di universitas, saya beruntung bisa masuk di lingkaran sosial yang sehat. Tentu saja saya tidak ada masalah dengan lingkaran sosial saya sampai lulus. 

The problem started when I entered the real life. Workplace.

Di lingkungan kerja, kita akan dihadapi dengan lingkaran sosial yang lebih beragam dan tidak jarang lingkaran sosial yg tidak pernah kita rasakan selama SD sampai di bangku kuliah.

Jika kamu merasa kamu masuk ke lingkungan sosial yang “bukan kamu” , kamu dan saya punya masalah yang sama.

Banyak orang yang merasa stuck di suatu lingkaran sosial, namun tidak berani untuk mengubah kondisi mereka saat ini

Pertama, dari SD sampai kerja 99% lingkaran sosial kita dari sana.

Kedua, akibat dari yang pertama kita terbiasa untuk menerima lingkaran sosial yang sudah ada. Berharap menemukan yang baik disana

It’s okay untuk berpikir seperti itu, tapi jika kamu sudah sadar bahwa kamu tidak cocok setidaknya ada langkah yang diambil. Manusia mempunyai keinginan “sense of belonging” tidak hanya soal obrolan nyambung atau tidak, tapi lebih kepada lingkungan yang sehat untuk mendukung kegiatanmu sehari-hari. 

Lingkungan mu sekarang memang tidak toxic tapi kamu juga kesulitan untuk berbaur sehingga kebutuhan sosialmu kurang terpenuhi.

Kerjaan menjadi kurang fokus dan lebih mudah stress serta burnout

Jika sekarang kondisi mu seperti ini, maka post ini cocok untukmu. Otherwise bagi yang ingin tahu silakan juga.

Ini mungkin adalah solusi yang paling cepat dan paling efektif. Kalau lingkungan sekarang sudah tidak mendukung, kamu tidak punya alasan untuk tidak mencari yang baru yang lebih asik dan nyaman. Seandainya kalau kamu tidak berusaha mencari, I think there is something wrong with you.

Tapi, bukan berarti mencari yang baru membuang yang lama. Yang lama tetap bisa dipertahankan namun intensitas sosialnya lebih dikecilkan. It is better to have a backup plan, you know.

Coba kita mulai dari lingkaran sosial mana yang ingin kamu bergabung?

Yang paling gampang untuk dicari adalah lingkaran sosial (komunitas, biasanya) yang berhubungan dengan hobi. Contohnya saja, kalau kamu suka badminton kamu bisa cari komunitas/kelompok orang yang suka main bareng. 

Just for your information, sekarang kamu bisa dengan mudah mencari kelompok main olahraga bareng. Kalau kamu ingin mencari kelompok yang suka main badminton atau olahraga lain, kamu bisa pakai aplikasi “Rovo”. Dengan apps ini kamu bisa langsung tahu dan join aktivitas main bareng. Saya kadang-kadang sering pakai untuk cari orang main badminton pas weekend. 

Anyway, balik lagi ke topik awal tentang mencari lingkaran sosial baru

Mungkin kamu bertanya-tanya apa hobi kamu sekarang? Kadang-kadang pertanyaan ini muncul, bisa jadi hobi yang kamu lakukan sudah sering (misal menulis blog / membaca buku dan melekat dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya secara tidak sadar kamu tidak bilang bahwa itu hobi kamu. Bisa juga memang kehidupanmu tidak ada kegiatan yang bisa dikatakan hobi karena terlalu sibuk dengan pacar / istri. 

Jika hal di atas terjadi sama kamu, maka setidaknya pilih salah satu kegiatan yang kamu enjoy dan nyaman. Saya akan ceritakan pengalaman saat menemukan komunitas yang terlihat unik di mata kebanyakan orang

Waktu itu saya berusaha untuk menentukan hobi dan komunitas mana yang menunjang hobi tersebut. Believe me, waktu itu saya bingung waktu itu, apakah membaca buku atau menulis. Karena saya pikir mungkin tidak ada yang sekedar hobinya membaca sambil ngumpul (saya biasanya kalau membaca pasti sendirian), jadinya saya mulai saja dari komunitas menulis. Toh, setidaknya bisa jadi hobi yang produktif, pikir saya waktu itu.

Pencarian saya dimulai dari google, dari sana beberapa forum menulis banyak yang muncul. Namun mereka semua membutuhkan official way to enter. Maksudnya, harus masuk secara resmi dan ada hirarkinya. Kalau bagi saya itu ribet, bukan komunitas yang saya cari saat itu.

Setelah 3 hari mencari-cari lewat google, saya beralih ke Instagram. Saya pikir dengan instagram lebih bisa selektif. Namun apa daya setiap komunitas, kelompok, forum mempunyai seleksi yang formal seperti harus punya target menulis atau ikut seminar. Saya pikir ini mah bukan komunitas, tapi organisasi. 

Namun terpujilah berkat algoritma Instagram yang luar biasa, saya menemukan suatu komunitas yang unik. Apa sih yang komunitas ini lakukan? Mereka melakukan hal yang saya cari-cari dari awal pencarian ini. Mereka berkumpul setiap minggu untuk membaca buku

Alhamdulillah setelah memberanikan diri untuk bergabung langsung, tidak ada hal yang aneh-aneh seperti pendaftaran atau hirarki tetek bengek, kalau gabung tinggal gabung. Kan saya emang mencari yang lebih banyak fun-nya. 

Bagaimana orang-orang di komunitas ini?

Mereka sangat terbuka dengan saya ikut kelompok mereka, namun yang lebih penting kebetulan sekali mereka adalah orang-orang yang satu niche dengan saya. Dalam artian, saya lebih mudah nyambung dan mereka lebih nyambung obrolannya dibanding di lingkungan saya sebelumnya. 

Sepenting apakah mencari grup yang sesuai dengan kamu? Tergantung. Tergantung prioritas kamu sekarang. Kalau saya berada di kelompok yang susah nyambung, saya merasa seperti ayam kehilangan induk. Energi sosial yang saya keluarkan tidak mengalir kembali, berbeda ketika kamu ngobrol dengan teman dekat yang obrolannya sangat nyambung denganmu. Bisa berjam-jam tahan walaupun kamu seorang introvert. 

How you can benefit from this?

Dengan bergabungnya di suatu grup yang pas denganmu, kamu bisa share pengalaman dan mendapatkan feedback yang membangun.

Saya merasa sangat bersemangat keesokan paginya untuk bekerja, karena energy saya sudah direcharge oleh grup saya ini.

Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu nyaman berada di lingkaran sosialmu sekarang?

I hope you have the best one.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *