Psikologi

Apa dan Siapakah Ego Itu?

Saya ingin bertanya kepada kamu sebentar, 

Mengapa banyak orang yang takut ditolak? Takut ditolak lamaran kerja, ditolak proposal sehingga pada akhirnya tidak bergerak?

Seberapa sering kamu melihat orang-orang “baik” tiba-tiba mengamuk karena merasa tidak “dihargai”?

Seberapa seringkah kamu, merasa marah ketika seseorang tidak sependapat dengan kamu atau dikatain salah oleh orang lain?

Dibalik kejadian diatas, ada sebuah mekanisme dalam pikiran manusia yang menghasilkan kejadian dan perasaan tersebut.

Mekanisme tersebut bernama “ego”.

Mari kita ulik apa dan siapakah ego tersebut

Apakah itu Ego?

Ego banyak disebutkan hal-hal buruk kepadanya, padahal mungkin yang mengatakan tidak terlalu paham maksudnya apa. Bahkan yang menyebutkan ego itu jahat adalah ego sendiri.

Jadi sebenarnya apa itu ego?

Ego adalah sebuah bagian di pikiran manusia membuat model bagaimana dunia sekitarnya bereaksi terhadap dirinya. Dalam psikoanalisis, definisinya adalah bagian dari pikiran yang menjembatani adalah alam sadar dan bawah sadar. 

Fungsi ego yang paling sering dirasakan dan signifikan adalah mengetes bagaimana hubungan kenyataan dengan diri orang tersebut. Bagaimana orang tersebut melihat dirinya sendiri.

Dalam ego, telah terbentuk pandangan manusia terhadap dunia sekitar dan dirinya sendiri. Ego adalah bagian penting dalam pikiran manusia. Ego memfilter informasi-informasi yang tidak penting bagi diri kita, dan meneruskan informasi yang penting kepada alam sadar (conciousness). 

Contohnya saja ketika sedang mengendarai kendaraan di jalan, ada ratusan bahkan ribuan informasi dari mata, telinga, dan hidung kita. Dari mata saja, ada banyak yang lihat seperti warna mobil di depan, motor di depan, billboard, lampu lalu lintas, dan wanita cantik yang sedang menyebrang. Jika kamu pria, mungkin otak kamu akan fokus dulu kepada wanita tidak menghiraukan informasi yang lain. Jika kamu terlambat kerja, kamu hanya akan fokus kepada lampu lalu lintas

Mengapa? Sebab dipikiran kamu tanpa sadar sudah memprioritaskan informasi yang penting-penting untuk masuk ke otak sadar (conciousness). Perlu diketahui, bahwa otak sadar kita tidak bisa menerima banyak informasi dan gampang kewalahan. Berkat ego, hanya informasi-informasi yang memang menurut kamu penting yang masuk ke otak.

Saat di kelas kuliah, kamu akan cepat bosan dan sumpek dengan penjelasan dosen apabila kamu tidak mengerti. Sehingga akhirnya ego menstop informasi tersebut karena tidak penting atau terlalu membebani otak sadar.

Salah satu pengaruh besar yang membentuk ego adalah ketika pikiran membentuk strategi bagaimana cara beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. 

Orang dewasa yang memiliki ego yang kurang sehat biasanya sejak masih kecil atau saat remaja dibuli, atau kurang diperhatikan sehingga memandang dirinya tidak sebaik orang-orang pada umumnya.

Sebagai contoh saat masa PDKT, ego yang sehat akan menerima kenyataan dengan baik apabila sang calon pasangan tidak cocok. Berbeda dengan yang memiliki ego kurang sehat. Dia merasa penolakan itu adalah personal, bukan karena alasan tidak cocok. Hal ini disebabkan karena dia belum memandang dirinya dengan baik, sehingga dia melihat penolakan tersebut akibat dirinya yang buruk. 

Pada akhirnya sang ego memelintir kenyataan dan merasionalisasi bahwa semua pria/wanita itu sama saja

Ego buruk dan baik

Ego menjadi tidak sehat ketika ego tersebut terlalu bebal, sehingga tidak mau menerima kenyataan. Akibatnya, orang tersebut mencoba merasionalkan segala kejadian yang dia alami sesuai dengan ego. Tidak jarang orang tersebut melakukan hal yang irrasional demi meyakinkan ego bahwa dia lah yang benar.

Ego sendiri adalah bagian dari otak yang paling tidak mau disalahkan, dan dikatakan bahwa dia salah. Sebab, jika ego salah berarti cara pandang tersebut haruslah dirubah. Jika seseorang sudah terlanjur ego investing terlalu dalam, membutuhkan effort yang luar biasa untuk mengubahnya (dan merupakan perasaan yang tidak mengenakkan). 

Pada akhirnya, ego memilih untuk mempertahankan cara pandangnya walaupun sifatnya destruktif kepada diri sendiri. Unik bukan?

(FYI: ego investing adalah suatu fenomena dimana ego sudah terlanjur menanamkan banyak “investasi” dalam bentuk cara pandang. Ketika cara pandang tersebut diajak berubah, investasi tersebut akan “dilenyapkan”. Ego memandang ini adalah ancaman)

Sebaliknya, banyak orang juga sudah mencapai ego yang matang dan menjadi alat bantu pikiran yang sehat serta wajar. Dalam hal ini bisa dikatakan sebagai “ego baik”.

Ego yang sudah sehat serta dewasa, melihat dirinya dari cara pandang yang sehat. Dia melihat diri sendiri dengan cara pandang yang wajar, tidak sombong dan tidak minder. Dia berani untuk dikatakan salah jika memang dia salah, sebab ego yang sehat tidak melakukan ego investing. Ego yang dibangun oleh ego yang sehat adalah ego yang sesuai dengan kenyataan, atau setidaknya mendekati kenyataan. 

Semakin kita dapat menurunkan ego, semakin kita mudah menerima perbedaan.

Semakin kita dapat berdamai dengan ego, semakin mudah memahami kenyataan.

Berdamai dengan Ego

Bagaimana rasanya bisa berdamai dengan ego?

Berdamai dengan ego itu rasanya seperti menelan pil pahit tapi kita tidak tahu efek dari pil tersebut 

Sehingga pada akhirnya, banyak dari kita yang belum siap berdamai dengan ego karena masih banyak yang takut dengan konsekuensinya.

Coba bayangkan, saat kamu melihat sebuah artikel yang tidak sesuai dengan cara pandang kamu. Dalam tahap tertentu, ego mengakui dan mencoba untuk memahami cara pandang artikel tersebut. Namun setelah teridentifikasi bahwa pandangan tersebut tidak sesuai dan kamu takut bahwa pandangan tersebut benar maka kamu menolaknya. 

(Menolak sebuah pandangan karena takut bisa muncul dari berbagai hal, salah satunya takut akan membangun lagi suatu pandangan)

Berdamai dengan ego dimulai ketika kamu sudah mampu menerima kenyataan tanpa rasa takut.

Kamu bisa memulai untuk mengidentifikasi apakah ego sehat apa tidak, dengan cara melihat bagaimana kamu menerima kritik. Manusia pada dasarnya lebih mementingkan diri sendiri, karena memang pada dasarnya mekanisme yang sudah ditanamkan sejak lahir. Hampir 99.9% kritik atau pendapat yang dilontarkan seseorang adalah menyangkut dirinya sendiri. Orang yang ego nya cukup sehat akan paham dan menerima dengan apa adanya, kemudian mencari solusinya.

Sedangkan orang yang egonya masih belum matang, akan merasa bahwa kritik tersebut adalah tentang dirinya. Langsung mengambil kesimpulan bahwa kritik tersebut adalah serangan personal, secara tidak sadar. Ego nya belum siap memfilter bahwa semua yang orang katakan kepadanya 99.9% bukan tentang dirinya.

Hal ini juga sama ketika kamu ditolak, ego yang belum matang akan menganggap secara personal bahwa penolakan tersebut secara personal. 

Dia yang melihat dirinya sendiri dengan tidak dewasa, tidak mau menerima ketika dikatakan tidak dewasa.

Kamu bisa berubah, dan tidak perlu terperangkap di dalam ego yang tidak pernah dewasa. Kadang pil pahit yang menyembuhkan lebih manis daripada madu yang memabukkan.

Menjadi dewasa adalah melihat kenyataan. Kenyataan akan indah jika kita melihatnya dengan pengertian, bukan dari penyesalan dan penolakan.

Dapatkan update dan cerita mingguan dengan subscribe newsletter di bawah ini

* indicates required

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *